Pages

Sabtu, 28 Mei 2011

Apakah saya Berdosa?


Tulisan saya ini, bercerita tentang perasaan yang sering saya rasakan sejak dari awal saya menjadi seorang Lesbi. Berulang kali saya mengalami jatuh bangun dalam menghadapi pemikiran kaum hetero, yang menilai saya sebagai makhluk yang najis dan berdosa. Perasaan berdosa ini jugalah yang pernah membuat saya putus dengan cinta pertama saya, sewaktu SMP.
Sekalipun saya bukan seorang biarawan/biarawati/orang suci, bukan berarti saya tidak memahami agama yang saya anut. Sekalipun saya seorang lesbi, bukan berarti saya pantas dicap berdosa. Mengapa saya berpikiran seperti ini?
Pengalaman hidup radikal sesuai ajaran agama sudah pernah saya alami, yaitu memutuskan untuk berpaling dari dunia lesbi dan hidup normal sesuai dengan ajaran agama. Hal ini TIDAK menjadikan saya menjadi manusia lebih baik. Mendalami ajaran agama, justru membuat mata saya kabur terhadap sesama saya, terutama kaum homo seksual. Saya sering jijik melihat mereka, dan mencap mereka sebagai makhluk yang berdosa. Hal ini jugalah yang semakin membuat perasaan bersalah saya, terhadap diri saya sendiri semakin dalam, sehingga membuat saya putus asa dan hampir menyerah di dalam menjalani kehidupan.
Saya juga pernah, hampir melupakan ajaran agama saya. Saya malas ke gereja, saya malas berdoa, saya malas membaca Kitab Suci; hal ini membuat saya semakin terpuruk dengan orientasi seksual saya yang salah. Untungnya, pengendalian diri saya kuat, sehingga saya tidak jatuh ke dalam pergaulan bebas.
Kaum hetero cenderung menilai kaum homo seksual dengan pemikiran yang dangkal. Mereka cenderung menyamaratakan bahwa kehidupan lesbi, merupakan kehidupan yang syarat nafsu, perselingkuhan, kekerasan, dan lain sebagainya. Padahal tidak semua pasangan lesbi melakukan hubungan percintaan atas dasar sex.
Tidak sepantasnya, sebagai sesama manusia, kita saling menghakimi satu dengan yang lainnya. Karena sesungguhnya, apa yang terkandung dalam ajaran kitab suci masing-masing agama, belum tentu dapat dipahami dengan benar oleh kita, manusia, pengikut ajaran agama kita masing-masing. Karena apa yang terkandung dalam kitab suci, hanya dapat dipahami 100% oleh penulis Kitab Suci dan oleh Tuhan sendiri, sumber segala sabdaNya. Jadi, kalau kita tidak 100% memahaminya, mengapa kita bertindak seperti seorang yang benar dan menjadi hakim atas sesama kita? Apakah kalian (para hakim sesama) pernah memposisikan diri kalian, sebagai seorang homo seksual?!!
Menurut saya, kaum lesbi bisa digolongkan ke dalam tiga bagian, yaitu:
1.      Lesbi yang mengutamakan kepuasan sex dengan partnernya karena dia tidak mampu menikmati sex dengan pasangan heteronya. Biasanya, lesbi golongan ini adalah lesbi yang sudah menikah, atau lesbi yang masih muda, yang ingin berpertualangan cinta dengan sesama jenis untuk merasakan sensasi tersendiri (having fun).
2.      Lesbi yang mengutamakan penyatuan perasaan dan hati dengan partnernya, tanpa ada sex yang harus dituruti. Golongan yang kedua ini, cenderung seperti ttm (teman tapi mesrra), dimana salah satunya belum bisa berpikir sebagai seorang wanita, karena sisi maskulinnya terlalu kentara. Dalam berhubungan, mereka seperti teman biasa, namun memiliki hubungan yang sangat dekat, seperti lem dan perangko.
3.      Lesbi yang ketiga adalah penggabungan dari kedua golongan tersebut. Lesbi yang hidup seperti pasangan hetero lainnya. Ada penyatuan perasaan dan hati, dan juga sex yang mengikat kedua insan sejenis tersebut.
Berulang kali saya mengalami jatuh bangun dalam perasaan berdosa ini, membuat saya semakin mengerti akan hidup saya sekarang ini. Saya tidak memilih menjadi lesbi, keadaan yang membuat saya seperti sekarang ini. Saya tidak mampu mencintai pria. Saya sudah mencoba, namun saya terus menerus gagal. Iman yang kuat, tidak turut serta mampu mengubah orientasi seksualku yang salah ini. Jadi, apakah saya masih dicap berdosa?
Saya tidak mampu membayangkan, jika kelak saya hidup dengan pasangan straight, dan hidup dalam perasaan tertekan, kebohongan, mungkin malah bisa jatuh ke dalam perzinahan. Lebih baik bagi saya, untuk hidup sendiri, mandiri, dan sehat, seperti kata Alex dalam komentarnya di Milis SK.
Tulisan saya ini, tidak serta merta membenarkan kehidupan kami sebagai kaum lesbian. Biarlah Tuhan yang menghakimi kami sebagai makhluk yang berdosa atau tidak. Selagi, saya belum merebut pacar/istri orang, selagi belum menimbulkan sakit hati bagi orang lain, maka saya menolak dicap sebagai seorang yang berdosa.
Jadi, jangan terlalu cepat memvonis kaum lesbi sebagai seseorang yang berdosa, sebab kalian belum tentu memiliki kehidupan yang lebih suci dan bersih dibanding kami.

Tulisan ini Spesial Untuk : Purple Line, My Lovely
Ditulis Oleh: Mee Asher

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Rumahku, Istanaku! Blogku, Istanaku !. Design by WPThemes Expert

Blogger Templates and RegistryBooster.