Pages

Sabtu, 10 Desember 2011

21-10-2011 Emosi di Jum’at Pagi yang KAJOL

Setelah bergelut dengan emosi yang meledak meletup di pagi hari yang kajol ini, akhirnya aku terduduk lemas di belakang meja kerjaku. Pagi yang kajol karena cuacanya yang enggak jelas banget, kadang dingin, kadang panas, gonta-ganti sesuka hatinya.

Hari ini, rasa yang berkecamuk di dada menghasilkan perasaan tanpa emosi. Perlahan-lahan aku dapat kembali ke keadaan awal, pertemuan kita dulu. Harus kuakui, tiga hari belakangan ini, yang membuat aku menjadi temperamental adalah, ketika mengetahui, ide mamamu yang ingin agar kamu menikah di tahun depan, di umur 23 tahun.

PllAaaakkkk..!!! Bagai sebuah tamparan keras yang secara langsung membangunkan aku dari mimpi indahku tentang kamu. Sakit hati yang membakar habis seluruh rasa sayangku, dan melebur menjadi perasaan hampa yang mengakibatkan hilangnya hasrat untuk ketemu kamu. 

Aku belajar tersenyum di antara tangisan hatiku. Dan aku belajar tegar ketika hatiku remuk redam mendengar perihal tersebut. Untuk keempat kalinya, di pacar keempat, aku mengalami hal menyakitkan yang sangat ku benci. MENIKAH dan membahagiakan orang tua.

Well, mungkin aku termasuk anak yang durhaka ketika aku tidak mengikuti keinginan orangtuaku. Tapi ini adalah hidupku, dan aku berhak untuk memilih kebahagiaan yang kuinginkan. Aku akan menunjukkan pada dunia, sekalipun aku dianggap sebagai anak durhaka di mata semua orang, aku masih bisa berbakti pada orang tuaku dengan cara Lain. Dan ini terjadi, seandainya aku berada di posisinya.

Namun, sebagai anak yang soleh, dia tentu tak akan sanggup melakukan hal tersebut. Dia adalah anak penurut yang tidak ingin melukai hati ibunya. Dan untuk ini, aku mengalah untuk membiarkan dia dengan pilihan hidupnya. Aku tidak akan melarangnya, ketika dia hendak berkenalan dengan cowok yang menarik perhatiannya, sumpah! aku tidak akan ikut campur. Sakit hati sih, tapi buatku, cinta adalah tidak melulu tentang kebahagiaan kita semata. Kita harus mampu mengorbankan perasaan dan melihat orang yang kita cintai hidup bersama pasangan yang dia pilih, untuk mendampingi dia selamanya.
Dan waktulah yang akan membuktikan, apakah cintaku selama ini, hanyalah sampah yang tidak patut diperjuangkan, ataukah sebaliknya.

Dan waktu jugalah yang akan menjelaskan semuanya. Betapa aku layak untuk mendapatkan sesuatu yang kucintai.

Ditulis Oleh,

Mee Asher.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Rumahku, Istanaku! Blogku, Istanaku !. Design by WPThemes Expert

Blogger Templates and RegistryBooster.