Pages

Jumat, 03 Juni 2011

Memberi dalam Kamus Hidup Mee


Memberi merupakan suatu hal yang bagi sebagian orang adalah sulit untuk dilakukan. Memberi secara ikhlas membutuhkan pengorbanan hati dan perasaan yang besar. Tidak semua orang dapat memberi, karna pada umumnya manusia cenderung egois, lebih memikirkan diri sendiri daripada orang lain.
Pengalaman hidup Mee menunjukkan betapa perlunya memberi sesuatu yang berguna bagi sesama. Hal serupa pernah diterima Mee sewaktu dia hampir putus kuliah akibat bencana gempa dulu. Tanpa disangka-sangka, Mee mendapat bantuan untuk melanjutkan pendidikan Mee sampai ke jenjang S1.
Pengalaman itu merupakan salah satu motivasi Mee untuk belajar menjadi seseorang yang murah hati, yang mampu memberi bagi sesama. Perlahan-lahan Mee muda mulai membiasakan memberi secara ikhlas bagi sesama yang membutuhkan. Mulai dari menyumbangkan sebagian penghasilannya di gereja setiap minggunya, sampai membiayai kehidupan partnernya yang kebetulan tidak memiliki pekerjaan. Memberikan sesuatu bagi yang kita sayangi adalah sangat menyenangkan. Karena pemberian itu akan mendatangkan manfaat dan tujuan bagi pasangan kita.
Mee, suka memberi apa yang ada padanya, sehingga secara ajaib, tanpa pernah dipikirkan oleh pikiran, yang tidak pernah dihitung dengan rumus matematika manapun; Mee mampu berdiri di kaki sendiri selama 6 tahun, setelah gempa.
Mungkin, sebagian orang belum mengenal tragedi yang menimpa Mee. Dimana Mee benar-benar merasakan kehidupan yang bertolak belakang dengan sebelumnya. Bagai membalik telapak tangan, begitulah hantaman kepedihan itu menghantam Mee muda.Almarhum kedua orang tua Mee adalah pengusaha sukses di kota kecil tempat dia berada saat ini. Sehari-hari uang yang dimiliki di putar terus ke dalam modal (barang-barang) sehingga tidak pernah ada kelebihan duit untuk asuransi ataupun tabungan.
Jum’at, 26-Maret 2005 adalah hari wafatnya Isa Almasih. Otomatis toko-toko dan Bank semuanya libur, karena memperingati hari raya tersebut. Sab’tu dan Senin, almh.mama Mee masih membuka toko, otomatis duit yang ada di tangan adalah sebanyak penjualan hari Kamis,Sab’tu dan Senin. Sementara bank tutup dari hari Jum’at sampai Senin, karena Senin adalah cuti bersama yaitu paskah kedua.
Di kampung Mee yang mayoritas Kristen, hari raya Kristen adalah hari raya yang sangat diagungkan. Masyarakat jarang beraktivitas, jarang ke pasar, sehingga roda perekonomian ikut melambat pergerakannya. Hal inilah yang membuat paskah kedua dianggap sebagai cuti bersama.
Senin 28-3-2005, pukul 22.30, gempa melanda kampung halaman Mee. Mee yang berada di Medan sudah mampu merasakan bahwa orang tuanya sudah meninggal. Mee memang memiliki feeling yang kuat pada orang yang disayanginya. Mengetahui ibunda meninggal, sungguh sangat pedih…sangat perih..air mata sekota medan pun tidak akan sanggup mengobati perih tersebut.
Pagi 29-3-2005, Mee berangkat ke Sibolga, rencanya malam 29-3-2005 mau ke Nias untuk menyelamatkan barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Pada waktu gempa, penerbangan ke Nias juga putus karena bandara Binaka, porak-poranda akibat guncangan hebat yang dialami kota kecil tersebut.
Jalan darat adalah satu-satunya cara untuk menunju kampungnya tersebut. Selama 8 jam Mee duduk gelisah di mobil yang ditumpanginya. Mee tidak ada tidur malam itu, karena pikiran Mee sudah sangat kacau, sekacau kota kelahirannya tersebut.
Parahnya, keinginan Mee ditentang habis-habisan oleh keluarga. Alasannya di Nias lagi kesulitan makanan. Mee tidak diizinkan pulang. Hati Mee remuk redam. Gelisah, sedih, marah, kecewa, bercampur aduk menjadi satu.
James, satu-satunya manusia yang selamat dari rumah Mee tidak mampu menyelamatkan satu barangpun dari rumah mereka. Masyarakat dengan ganasnya menjarah rumah-rumah para pedagang yang telah hancur. Rebutan makananpun terjadi. Suatu keadaan yang sangat ironis di tengah becanda yang melanda kota kecil tersebut.
James yang kebingungan sendiri, James yang masih berumur 16 tahun hanya bisa diam. Air matanya tidak dapat keluar lagi, sampai saatnya mereka (Mee dan James) ketemu kembali di Sibolga, dimana untuk pertama kali Mee merangkul adik semata wayangnya tersebut dan menampung segala air matanya.
Tidak ada yang selamat dari rumah mereka. Brangkas besi, tempat penyimpanan uang yang berisi uang sebanyak ratusan juta hangus terbakar. Hanya akta tanah dan emas yang berhasil di selamatkan. Untungnya mayat almh.ibunda tidak ikut terbakar.
Bagai jatuh tertimpa tangga, begitulah nasib kedua anak yatim piatu tersebut, yang menyedihkan… yang harus berpisah…demi melanjutkan studi dan kehidupan masing-masing.
Awalnya, Mee bertekat untuk tidak melanjutkan kuliah. Dia ingin membangun kembali bisnis orang tuanya. Namun dari pihak keluarga, tidak ada satupun yang mendukung Mee muda. Mee yang masih berumur 18 tahun saat itu, dinilai tidak mampu untuk mengelola suatu usaha. Sehingga Mee terpaksa mengikuti saran mereka untuk melanjutkan studi.
Begitulah Mee muda, yang tidak punya apa-apa kembali ke kota Medan, memulai hidup dengan mencari nafkah buat dirinya sendiri. Banyak tumpangan dari saudara mengalir deras ke arahnya, tapi tidak diindahkan oleh Mee. Mee sangat terpuruk saat itu dan ingin sendiri menghidupi dirinya sendiri tanpa bantuan mereka. Di keluarga Mee, yang semuanya orang Cina, mayoritas memiliki sikap pamrih. Tidak ada yang gratis di dunia ini. Begitulah kebanyakan sifat keluarganya. Mee muda tau dan tidak ingin masuk ke pola hidup yang tidak sehat tersebut.
James, melanjutkan studi di Bekasi di rumah paman pertama, yang merupakan abang kandung dari ayah Mee, Begitulah kehidupan dua bersaudara ini terpisah jauh dan lama sehingga membuat kepribadian mereka sulit untuk dimengerti satu sama lainnya.
Kekurangan materi tidak membuat Mee pelit bagi pasangannya. Pasangannya saat itu, merupakan motivasi untuk hidup lebih lama di dunia ini. Mee mencintai Sri dan berharap Sri dapat menemaninya sampai akhir batas waktu yang dimilikinya. Tapi dasar masih sama-sama muda, komitmen tetap tidak dapat dipertahankan. Kekurangan biaya hidup, menyebabkan Mee harus ekstra hemat untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kebiasaan keliling kota di kurangi. Shopping juga ikut dikurangi. Semua hal itu menyebabkan partnernya mulai jenuh dan berusaha mencari kesenangan lain dengan teman-teman satu kampusnya, sampai akhirnya mereka sama-sama selingkuh dan berpisah dengan pasangan masing-masing.
Gaji pertama Mee 800.000, dengan biaya hidup tiap bulan rata-rata 800.000-1.000.000. Sungguh mengherankan, mengapa semua dapat terpenuhi. Tidak ada rahasia pengelolaan uang yang dilakukannya. Kemurahan Tuhanlah yang menghidupinya selama 6 tahun ini.
Kemurahan Tuhan, mengajarkan Mee betapa perlunya berbagi bagi sesama. Selagi Mee memiliki dan mampu memberi, Mee akan memberikannya dengan ikhlas. Mee sadar bahwa segala yang dimilikinya adalah bukan sepenuhnya milik dan kuasanya. Jadi, untuk apa Mee menikmati sendiri?! Toh duit segunung tidak akan dibawa ke surga saat akan berpulang, kelak.
Inilah yang membuat Mee sering memberi. Dan hasilnya, Mee tidak pernah kelaparan.!! Sekalipun Mee tidak punya uang, ada aja yang memberikan makanan untuk dinikmati. Ada aja yang memberikannya duit untuk membiayai kebutuhannya sehari-hari. Ada aja yang membantu dia dalam mengelola usahanya saat ini.
Thanks God!!! Inilah yang harus kita ucapkan saat kita menerima pemberian seseorang. Terlebih jika yang memberikannya adalah orang yang kita sayangi.
Special Story For Purple

Ditulis Oleh: Win'O

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Rumahku, Istanaku! Blogku, Istanaku !. Design by WPThemes Expert

Blogger Templates and RegistryBooster.